greenhill-ciwidey.co.id – Sejumlah karyawan swasta di Jakarta menyatakan bahwa program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) kurang tepat untuk dijalankan saat ini. Andre, seorang karyawan berusia 26 tahun yang bekerja di Jakarta Barat, mengungkapkan bahwa dia tidak memiliki rencana untuk membeli rumah, bahkan dalam lima tahun ke depan. Dengan gaji sekitar Rp 5 juta per bulan, Andre merasa bahwa masih banyak kebutuhan lain yang harus diprioritaskan daripada membeli rumah. “Masyarakat memiliki banyak kebutuhan, dan kadang gaji yang ada tidak mencukupi. Jadi, ngepas. Untuk saya sendiri, Tapera kurang tepat waktunya,” ujarnya pada Minggu, 2 Juni 2024.
” Baca Juga: Pegi Setiawan Ajukan Praperadilan Status Tersangka Pembunuhan “
Prioritas Berbeda Setiap Individu
Andre menekankan bahwa setiap orang memiliki prioritas yang berbeda, sehingga ia merasa keberatan jika kondisi masyarakat dipukul rata dalam hal ini. “Prioritas orang-orang kan beda. ‘Oh, untuk saat ini, kontrak cukup, nanti kalau ada rezeki lebih, baru beli rumah, nyicil’. Jadi, enggak bisa semua dipukul rata gitu, menurut saya. Enggak adil aja,” lanjutnya. Wanda, seorang karyawan berusia 29 tahun, sependapat dengan Andre. Ia mengaku tidak memahami alasan pemerintah yang seakan-akan mengharuskan setiap warganya memiliki rumah. “Kesannya, kayak jadi dipaksa punya rumah, padahal banyak kebutuhan lain. Saya enggak ngerti, kenapa Indonesia sangat mengglorifikasi orang itu harus punya rumah,” ucap Wanda saat dimintai pendapat pada Minggu sore.
Keberatan dan Kekhawatiran Terhadap Tapera
Wanda mengakui bahwa masih banyak orang yang ingin memiliki rumah, namun ia juga menyoroti bahwa ada banyak orang yang merasa lebih nyaman dengan mengontrak. Ia juga berpendapat bahwa masih banyak masalah lain yang perlu diselesaikan oleh pemerintah daripada memaksakan Tapera. “Dengan kondisi sekarang, mafia tanah masih ada, rumah subsidi masih diselewengkan, krisis properti masih panjang situasinya,” lanjut Wanda. Wanda pun mencontohkan beberapa kasus, seperti rumah subsidi di Balaraja, Tangerang, yang saat ini kosong dan telantar.
Keberlanjutan dan Efektivitas Tapera
Wanda juga mempertanyakan keberlanjutan program Tapera dalam membantu masyarakat membayar cicilan rumah. Menurutnya, skema Tapera saat ini hanya membantu pada proses awal seperti pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). “Apakah pemerintah bisa menjanjikan kalau masyarakat penghasilan rendah ini setelah subsidi KPR (pakai Tapera), apakah mereka bisa melanjutkan cicilannya? Yakin?” tanya Wanda. Keberatan ini mencerminkan keraguan masyarakat terhadap efektivitas dan keberlanjutan program Tapera dalam memenuhi kebutuhan perumahan mereka.
” Baca Juga: OpenAI Luncurkan ChatGPT Edu untuk Mahasiswa dan Dosen “
Dalam situasi ini, sejumlah karyawan swasta di Jakarta merasa bahwa program Tapera belum sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ekonomi mereka saat ini. Mereka menganggap bahwa pemerintah seharusnya mempertimbangkan berbagai prioritas dan kebutuhan individu yang berbeda-beda, serta menyelesaikan masalah lain yang lebih mendesak dalam sektor properti.